MEMBUDAYAKAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS)
Ika Nelam S., Ryna Nurlaeli H., dan Nice Dwi P.*
Penyusun :
Ika Nelam Sari, Ryna Nurlaeli H., & Nice Dwi Pratika
Kelompok 7 “PHBS” - Mahasiswi Semester VI Program Studi Kesehatan Masyarakat (S1) Jenderal Achmad Yani Cimahi.
Abstrak
Saat ini masyarakat masih beranggapan kegiatan mencuci tangan merupakan aktivitas yang merepotkan dan menyita tangan, sehingga masyarakat masih mencuci tangan hanya sekedarnya saja. Hal tersebut berarti masih rendahnya budaya cuci tangan. Cuci tangan yang efektif yaitu cuci tangan menggunakan sabun untuk protektif dari kuman-kuman patogen yang dapat sebagai transmisi penyakit-penyakit infeksi. Cuci tangan pakai sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir guna membersihkan kotoran dan debris pada kulit dan tangan dari kuman-kuman seperti virus dan bakteri patogen. Tujuan dari cuci tangan pakai sabun ialah untuk memutus mata rantai kuman penyebab penyakit serta menghilangkan mikroorganisme yang ada di kulit. Ada beberapa cara dalam mencuci tangan yang bersih dan sehat, namun secara garis besarnya ialah mencuci tangan dengan sabun dan di bawah air yang mengalir kemudian dikeringkan dengan handuk kering, tisu, ataupun pengering otomatis. Mencuci tangan sangat lah penting sehingga di Indonesia dikenal ada 5 waktu kritis dalam mencuci tangan yakni sebelum menyiapkan makan, sebelum menyusui, setelah dari jamban, setelah menceboki bayi/anak dan setelah kontak dengan hewan. Dengan mencuci tangan yang bersih dan sehat akan menjadikan perilaku yang efektif untuk preventif terhadap penyakit-penyakit infeksi, karena mencuci tangan dapat menurunkan angka-angka morbiditas diare hampir 45% dan kejadian ISPA serta flu burung.
Kata Kunci : Perilaku Cuci Tangan, Cuci Tangan yang Efektif, dan Budaya Cuci Tangan Pakai Sabun.
Pendahuluan
Cuci tangan merupakan salah satu perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku yang mana sudah kita kenal mulai sewaktu masih kecil hingga sekarang. Perilaku ini tidak hanya diperkenalkan di lingkungan keluarga, namun pada saat ini hal tersebut sudah menjadi kegiatan rutin yang diajarkan di lingkungan sekolah baik taman kanak-kanak hingga sekolah dasar. Tapi kenyataannya perilaku sehat ini belum menjadi budaya dikalangan masyarakat dan biasanya hanya dilakukan sekadarnya saja. Sebagai contoh apabila kita ke sebuah rumah makan Indonesia biasanya fasilitas cuci tangannya berupa kobokan yang berisi air bersih dengan sepotong jeruk nipis untuk penghilang bau amis, namun hal ini akan berbeda di tempat-tempat makanan cepat saji (Fast Food) fasilitas cuci tangan sudah memenuhi syarat yaitu air bersih yang mengalir dan sabun yang telah tersedia serta pengering tangan yang sangat modern. Tapi sayangnya fasilitas tersebut tidak digunakan dengan baik maksudnya para pengunjung hanya mencuci tangannya sekedar menghilangkan bau amis dan bahkan tidak memakai sabun. Keadaan tersebut sangat memprihatinkan. Coba sekali lagi kita melirik ke daerah pedesaan, pada umumnya masyarakat pedesaan mencuci tangan dengan air seadanya tanpa menggunakan sabun baik sebelum/sesudah dari jamban.
Beberapa hal di atas menunjukkan kenyataan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagai salah satu personal hygiene yang belum dipahami oleh masyarakat secara luas dan praktik-nya pun belum diterapkan dikehidupan sehari-hari.
Tujuan cuci tangan pakai sabun; tangan merupakan pembawa utama kuman-kuman penyakit, karena tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak dan selalu bersentuhan dengan benda/barang yang mengandung kuman penyakit. Cuci tangan tidak cukup dengan menggunakan air, harus menggunakan sabun karena sabun mengandung zat yang bisa membunuh kuman. Hingga saat ini masyarakat masih beranggapan bahwa kegiatan cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan aktivitas yang merepotkan dan menyita banyak waktu.
Apabila kita melihat dari hasil Riskesdas tahun 2007 melaporkan bahwa perilaku higienis masyarakat untuk usia 10 tahun ke atas dalam mencuci tangan yang benar hanya sebesar 23,2%. Padahal dalam riset Bank Dunia dan WHO (2007) menyatakan bahwa ada 3 kondisi yang dapat menurunkan kejadian diare salah satunya ialah perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS), bahkan dengan perilaku tersebut angka kejadian diare bisa diturunkan sebesar 43%.
Menurut kajian Curtis dan Cairncross (2003) didapatkan hasil bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) khususnya setelah kontak dengan feses ketika ke jamban, dan membantu anak ke jamban dapat menurunkan insiden diare sekitar 42-47%. Perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) juga dikatakan dapat mengurangi transmisi penyebaran ISPA hingga lebih dari 30% (Rubie dan Curtis,2005). Dilain pihak UNICEF menyatakan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) dapat menurunkan 50% insidensi flu burung. Dari beberapa kajian di atas menunjukkan bahwa intervensi cuci tangan pakai sabun (CTPS) dianggap sebagai sebagai perilaku yang efektif untuk mencegah berbagai penyakit menular lainnya. Dengan itu maka tidak heran bila perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) sekarang ramai dipromosikan dan dikampanyekan oleh beberapa pihak agar dapat menginformasikan kepada seluruh masyarakat bahwa betapa pentingnya mencuci tangan pakai sabun dan dapat membuat perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagai budaya hidup sehat dan bersih yang harus diaplikasikan di kehidupan sehari-hari.
Definisi Cuci Tangan
Menurut Depkes RI (1987) mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala kotoran dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan. Dalam Depkes RI (2007) menyatakan bahwa mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.
Mencuci tangan dapat menghilangkan sejumlah besar virus dan bakteri yang menjadi penyebab berbagai penyakit terutama penyakit yang menyerang saluran cerna, seperti diare dan saluran pernafasan seperti influenza. Hampir semua orang mengerti pentingnya mencuci tangan pakai sabun, namun masih banyak yang tidak membiasakan diri untuk melakukannya dengan benar pada saat yang penting (Umar,2009). Sedangkan cuci tangan pakai sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir. (Depkes RI,2008)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Penggunaan sabun pada saat mencuci tangan menjadi penting karena sabun sangat membantu menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak / lemak / kotoran di permukaan kulit serta meninggalkan bau wangi. Sehingga kita dapat memperoleh kebersihan yang berpadu dengan bau wangi dan perasaan segar setelah mencuci tangan pakai sabun, ini tidak akan kita dapatkan jika kita hanya menggunakan air saja. Penggunaan air saja dalam mencuci tangan tidak efektif untuk membersihkan kulit karena air terbukti tidak dapat melepaskan lemak, minyak, dan protein dimana zat – zat ini merupakan bagian dari kotoran organik.
Tujuan dan Manfaat Mencuci Tangan
Menurut Hidayat (2005) mencuci tangan bertujuan untuk :
1. Mencegah terjadinya infeksi melalui tangan.
2. Membantu menghilangkan m.o yang ada di kulit atau tangan.
Banyak penyakit yang ditularkan melalui tangan, tangan merupakan salah satu faktor penularan berbagai jenis penyakit menular, seperti infeksi saluran pernafasan, penyakit kulit, penyakit untuk gangguan pencernaan (diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang dapat berpotensi membawa ke pada arah kematian. Tangan merupakan salah satu penghantar utama masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia. Kontak dengan kuman dapat terjadi di mana saja, melalui meja, gagang pintu, sendok, dan sebagainya. Penelitian bahkan menyebutkan bahwa Keyboard komputer di perkantoran dan gagang telepon mengandung lebih banyak kuman dari pada di toilet (Kamaruddin, 2009).
Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun juga terbukti sangat membantu pencegahan terhadap penyakit yang berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia. Sehingga tanggal 15 Oktober 2008 dicanangkan sebagai Hari Mencuci Tangan Sedunia atau Global Hand Washing Day oleh PBB. Hal ini disampaikan pada pertemuan Tahunan Air Sedunia (Annual world Water Week) yang berlangsung pada tanggal 17 – 23 Agustus di Stockholm, ibu kota Swedia. Tahun 2008 juga diumumkan sebagai tahun internasional Sanitasi oleh Rapat Umum PBB (Umar, 2009).
Cuci Tangan yang Bersih dan Sehat
Menurut Center’s for Disease Control (CDC) and The American Society for Microbiology (2005) berikut langkah -langkah cuci tangan yang tepat:
1. Basahi tangan dengan air mengalir yang hangat, pakailah sabun secara rata.
2. Gosokan kedua tangan minimal 10-15 detik, merata hingga ke jari-jemari dan siku.
3. Bilas dengan air, kemudian keringkan tangan dengan handuk bersih atau tisu sekali pakai.
4. Jika berada difasilitas umum, biarkan air tetap mengalir saat selesai. Saat tangan sudah kering, pakailah kertas tisu untuk menekan/memutar keran.
Sedangkan menurut Umar (2009) untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah dengan air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan gayung, menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan dengan handuk yang bersih atau menggunakan tisu.
Menurut Kamaruddin (2009) teknik mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir, sedangkan langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar adalah
1. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
2. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan, akan lebih baik jika sabun yang mengandung antiseptik.
3. Gosokkan pada kedua telapak tangan.
4. Gosokkan sampai ke ujung jari.
5. Telapak tangan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan tangan kiri, gosokkan sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.
6. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling menggunci.
7. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan punggung jari lainnya dengan gerakan saling berputar, lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
8. Gosokkan telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan, kebelakang, berputar. Lakukan sebaliknya.
9. Pegang pergelangan kanan kanan dengan pergelangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula pada tangan kiri.
10. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.
11. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue atau handuk, jika menggunakan kran, tutup kran dengan tissue.
Waktu yang Tepat untuk Mencuci Tangan
Penggunaan sabun pada saat mencuci tangan menjadi penting karena sabun sangat membantu menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak/lemak/kotoran di permukaan kulit serta meninggalkan bau wangi. Sehingga kita dapat memperoleh kebersihan yang berpadu dengan bau wangi dan perasaan segar setelah mencuci tangan pakai sabun, ini tidak akan kita dapatkan jika kita hanya menggunakan air saja. Yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah waktu-waktu kita harus melakukan perilaku cuci tangan, di Indonesia diperkenalkan 5 waktu penting yaitu :
1. Sebelum menyiapkan makan
2. Sebelum menyusui
3. Setelah dari jamban
4. Setelah menceboki bayi/anak
5. Setelah kontak dengan hewan
Adapun menurut Handayani dkk (2005), berikut adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan memakai sabun :
1. Sebelum dan setelah makan.
2. Setelah ganti pembalut.
3. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan setelah memegang bahan mentah seperti produk ternak dan ikan.
4. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan.
5. Setelah mengusap hidung atau bersin di tangan.
6. Sebelum dan setelah mengiris sesuatu.
7. Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang terluka.
8. Setelah menangani sampah.
9. Sebelum memasukkan atau mencopot lensa mata.
10. Pulang berpergian dan setelah bermain.
11. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.
CTPS sebagai Perilaku Efektif dalam Preventif Berbagai Penyakit Infeksi
Mengutip hasil studi WHO, perilaku CTPS yang merupakan pilar ke-2 Sanitasi Total berbasis Masyarakat (STBM), mampu mengurangi angka diare sebanyak 45% dan mampu menurunkan kasus ISPA serta flu Burung hingga 50%. Saat ini angka morbiditas Diare turun dari 423 per seribu penduduk (2006) menjadi 411 per seribu penduduk (2010).
Sementara itu, berdasarkan laporan kajian Morbiditas Diare (2010) Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dit. P2ML) Kemenkes RI, menyatakan berbagai kampanye, sosialisasi dan advokasi melalui HCTPS selama beberapa tahun terakhir, mampu meningkatkan kebiasaan cara mencuci tangan dengan benar (dengan air mengalir dan sabun) pada lima waktu kritis, yaitu sebelum makan sebesar 35,6%; sebelum menyusui 52,12%; sebelum menyiapkan makan 52,88%; setelah buang air besar 65,15%; dan setelah menceboki bayi 62,26%.
Sejak Semmelweiss mendokumentasikan efektivitas mencuci tangan dalam pencegahan demam nifas pada abad ke 19 (Semmelweiss 1983 dalam cairncross 2003) langkah sederhana ini menjadi senjata penting dalam armamentarium kesehatan masyarakat, kepentingan tersebut telah diakui oleh semua kategori tenaga kesehatan selama lebih dari satu abad meskipun penelitian terbaru di Inggris (Curtis et al 2003) menunjukkan bahwa masyarakat tidak melakukannya sesering yang diharuskan. Hal terpenting dalam pencegahan penyakit diare telah digaris bawahi tinjauan sistematis akhir-akhir ini yang menunjukkan tindakan sederhana mencuci satu tangan dengan sabun dapat mengurangi risiko diare hampir setengahnya dan diare yang mengancam jiwa lebih dari setengahnya baik di negara maju maupun di negara berkembang (Curtis dan Cairncross,2003).
Sehingga dari beberapa kajian singkat di atas menunjukkan bahwa intervensi cuci tangan pakai sabun dianggap sebagai perilaku yang efektif untuk mencegah berbagai penyakit infeksi.
Simpulan
1. Cuci tangan pakai sabun adalah kegiatan sanitasi untuk membersihkan tangan dari kotoran dan debris yang mengandung kuman-kuman berupa virus dan bakteri patogen dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
2. Tujuan dan manfaat cuci tangan pakai sabun ialah untuk mencegah infeksi melalui tangan dan membantu menghilangkan mikroorganisme yang ada di kulit atau tangan, serta memutus mata rantai kuman.
3. Mencuci tangan yang benar dan bersih akan efektif membunuh kuman-kuman atau memutus mata rantai kuman. Banyak cara-cara atau langkah-langkah mencuci tangan yang benar dan bersih namun bila disimpulkan dari beberapa kajian di atas maka mencuci tangan yang benar dan sehat ialah mencuci tangan dengan sabun dan dibawah air yang mengalir, setelah itu dikeringkan menggunakan handuk kering atau pengering tangan.
4. Mencuci tangan tidak cukup hanya menggunakan air saja, namun menggunakan sabun jauh lebih efektif, karena sabun akan membunuh kuman-kuman yang ada kulit tangan. Yang terpenting adalah mengenal beberapa waktu dalam mencuci tangan, di Indonesia dikenal dengan 5 waktu kritis untuk mencuci tangan, yaitu sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyususi, setelah dari jamban, setelah menceboki bayi/anak, dan setelah kontak dengan hewan.
5. Perilaku cuci tangan pakai sabun (CPTS) merupakan pilar ke-2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang mana dapat menurunkan angka-angka penyakit infeksi seperti penyakit diare sekitar 45%, dan penyakit ISPA serta flu burung hingga 50%. Sehingga intervensi perilaku CPTS dalam menurunkan morbiditas merupakan perilaku yang efektif untuk mencegah dan menurunkan angka-angka penyakit infeksi.
Daftar Rujukan
1. Cairncross, Sandy. 2003. Handwashing With Soap-A New Way To Prevent ARIs. Tropical Medicine and International Health Vol 8 No 8 PP 677-679.
2. Curtis V & Cairncross S. 2003. Effect Of Washing Hands With Soap on Diarrhoea Risk in The Community: A Systematic Review. The Lancet Infectious Diseases 3, 275-281.
3. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Perilaku Higienis.
4. Depkes RI. 2008. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat-Cuci Tangan Pakai Sabun.
8. Anonim. 2011. Konsep Dasar Mencuci Tangan Yang Baik.